Beberapa desa baru kini menambah jumlah desa dalam proyek Desa Peduli Gambut – Kemitraan. Dan sebagaimana sudah dilakukan di Desa Peduli Gambut sebelumnya, proses pemetaan partisipatif akan menjadi langkah awal sebelum proses dampingan lain dilakukan. Peta dan profil desa yang dihasilkan dari kegiatan pemetaan partisipatif (sosial ekonomi dan spasial) ini akan menjadi basis yang menentukan kegiatan Desa Peduli Gambut selanjutnya di masing-masing desa.
Epistema Institute dan Jaringan Kerja Pemetaan Partisipatif (JKPP) dua organisasi yang memperoleh mandat dari Kemitraan dan Badan Restorasi Gambut (BRG) untuk melaksanakan asistensi pemetaan partisipatif ini, Rabu, mulai 30 Januari 2019 lalu melakukan workshop persiapan di Griya Patria, Pejaten, Jakarta. Workshop tiga hari ini dihadiri fasilitator desa dan enumerator dari setiap desa anggota baru Desa Peduli Gambut-Kemitraan. Tercatat ada 31 desa di enam provinsi (Riau, Jambi, Sumatera selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan) hadir dalam workshop ini.
Dalam workshop, fasilitator desa dan enumerator akan dikenalkan pada panduan penelitian dan pelaksanaan pemetaan partisipatif yang telah digariskan dalam surat keputusan BRG. Namun, pada saat sesi instrumen pemetaan sosial dilangsungkan, terlihat ada beberapa hal yang membedakan pemetaan partisipatif kali ini dari pemetaan partisipatif di desa-desa sebelumnya. Pemetaan kali ini lebih baik dari pemetaan sebelumnya karena ada penambahan penggalian informasi mengenai produksi komoditas masyarakat di bagian kalender musim.
Pada pemetaan sebelumnya, kalender musim hanya menggambarkan pola aktivitas masyarakat dalam satu tahun, tetapi pada pemetaan kali ini akan dilihat juga produksi komoditasnya. Baik itu dipakai sendiri atau dijual sendiri. Penggalian informasi mengenai produksi ini, juga tak hanya terbatas pada produksi (desa) dalam jangka pendek seperti getah karet atau ikan tangkap. Tapi juga produksi desa dalam jangka menengah seperti buah musiman, ternak unggas, ternak kambing; juga produksi desa jangka panjang seperti ternak sapi dan kayu sengon atau jabau.
Selain informasi produksi, pemetaan kali ini diharap juga akan mampu menggali informasi mengenai titik dan peristiwa kebakaran, yang tak hanya mencatat kebakaran di tahun 2015, tapi juga semua kebakaran lain hingga akhir tahun 2018. Semoga workshop pemetaan partisipatif ini bisa menjamin hasil pemetaan di lapangan sebaik apa yang direncanakan.
Perjanjian ini ditandatangani antara Green Climate Fund (GCF) dan KEMITRAAN. Perjanjian ini meresmikan akuntabilitas KEMITRAAN dalam melaksanakan proyek-proyek yang disetujui oleh GCF.
Untuk diketahui, GCF adalah dana khusus terbesar di dunia yang membantu negara-negara berkembang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kemampuan mereka dalam merespons perubahan iklim.
Dana ini dihimpun oleh Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) pada tahun 2010. GCF memiliki peran penting dalam mewujudkan Perjanjian Paris, yakni mendukung tujuan untuk menjaga kenaikan suhu global rata-rata di bawah 2 derajat celsius.