Beranda / Program

Program Penguatan Kapasitas Pemerintah dalam Perjanjian Hukum Timbal Balik dan Pemulihan Aset

Deskripsi

Indonesia menghadapi tantangan serius dari praktik korupsi dan penggelapan aset publik, dengan dampak negatif yang sangat besar terhadap pembangunan politik, sosial, dan ekonominya. Dari tahun 2001-2012, jumlah total aset yang dicuri mencapai sekitar US$ 554,89 miliar. Sebagian besar aset yang dicuri ini tersebar di seluruh dunia, sehingga menjadi tantangan tersendiri bagi pihak berwenang di Indonesia untuk mengembalikannya.

Situasi ini diperburuk karena perjanjian hukum timbal balik atau Mutual Legal Assistance (MLA) dan perjanjian ekstradisi yang telah ditandatangani belum diimplementasikan secara efektif.
Pihak berwenang Indonesia ditantang oleh kurangnya pengetahuan dan keahlian dalam sistem pemulihan aset seperti dalam hal kapasitas untuk memulai dan melakukan proses hukum di pengadilan dalam dan luar negeri, serta kemampuan untuk memberikan bukti atau informasi intelijen kepada pihak berwenang di yurisdiksi lain untuk penyelidikan.

Tidak adanya rencana strategis yang baik di dalam lembaga dan lemahnya mekanisme koordinasi antarlembaga telah mengakibatkan rendahnya pencapaian pihak berwenang di Indonesia terkait pemulihan aset. Untuk menjawab tantangan di atas, Kejaksaan Agung Indonesia telah membentuk Pusat Pemulihan Aset (PPA). KEMITRAAN telah bekerja sama dengan PPA untuk meningkatkan efektivitas pemulihan aset lintas batas dan pengelolaan MLA oleh Kejaksaan Agung dan instansi terkait lainnya.

Program yang dinamai SIGAP ini dilaksanakan melalui 2 pendekatan: (1) pengembangan kapasitas PPA dan instansi terkait lainnya, dan (2) peningkatan kerja sama melalui koordinasi rutin antara Kejaksaan Agung dan instansi terkait lainnya.

Capaian Utama

Kajian dan studi yang telah dilakukan dalam kerangka program ini digunakan sebagai bahan advokasi kebijakan, bantuan teknis dan peningkatan kapasitas yang berujung pada finalisasi Peraturan Jaksa Agung RI PER-0217/A/JA/10/2014 tentang Pedoman Pemulihan Aset dan Rencana Penguatan PPA. Program ini juga mengembangkan platform koordinasi digital untuk lembaga-lembaga terkait pemulihan aset yang disebut Portal Pemulihan Aset, berdasarkan studi dan penilaian yang disebutkan di atas.

Para hakim di Mahkamah Agung dan pengadilan negeri, serta staf dari tujuh lembaga mendapatkan manfaat dari pelatihan peer-to-peer mengenai pemulihan aset sebagai hasil dari strategi program dalam peningkatan kapasitas lembaga terkait. Pencapaian lainnya adalah terbangunnya jaringan antara pemerintah Indonesia dengan berbagai pihak, baik nasional maupun internasional, melalui pertukaran pengetahuan dan pengalaman selama pelaksanaan program.

Donor

International Development Law Organization (IDLO)

Periode Proyek

Juni 2016-Desember 2018

Mitra Pelaksana

Pusat Pemulihan Aset (PPA) Kejaksaan Agung

2016

Pada bulan Maret 2016, KEMITRAAN menerima akreditasi internasional dari Adaptation Fund. Dewan Adaptation Fund, dalam pertemuannya yang ke-27, memutuskan untuk mengakreditasi KEMITRAAN sebagai National Implementing Entity (NIE) dari Adaptation Fund. KEMITRAAN menjadi lembaga pertama dan satu-satunya lembaga Indonesia yang terakreditasi sebagai NIE Adaptation Fund di Indonesia.

2020

Perjanjian ini ditandatangani antara Green Climate Fund (GCF) dan KEMITRAAN. Perjanjian ini meresmikan akuntabilitas KEMITRAAN dalam melaksanakan proyek-proyek yang disetujui oleh GCF.

 

Untuk diketahui, GCF adalah dana khusus terbesar di dunia yang membantu negara-negara berkembang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kemampuan mereka dalam merespons perubahan iklim.

 

Dana ini dihimpun oleh Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) pada tahun 2010. GCF memiliki peran penting dalam mewujudkan Perjanjian Paris, yakni mendukung tujuan untuk menjaga kenaikan suhu global rata-rata di bawah 2 derajat celsius.

2000-2003

KEMITRAAN memainkan peran krusial dalam mendukung pengembangan undang-undang untuk membentuk KPK. Hal ini diikuti dengan langkah mendukung Pemerintah dan DPR dalam memilih calon komisioner yang kompeten dan juga mendukung kelompok masyarakat sipil untuk mengawasi secara kritis proses seleksinya. Setelah komisioner ditunjuk, mereka meminta KEMITRAAN untuk membantu mendesain kelembagaan dan rekrutmen awal KPK, serta memainkan peran sebagai koordinator donor. Sangat jelas bahwa KEMITRAAN memainkan peran kunci dalam mendukung KPK untuk mengembangkan kapasitas dan strategi yang diperlukan agar dapat bekerja seefektif mungkin.

2003

Pada tahun 2003, KEMITRAAN menjadi badan hukum yang independen yang terdaftar sebagai Persekutuan Perdata Nirlaba. Pada saat itu, KEMITRAAN masih menjadi program yang dikelola oleh UNDP hingga akhir tahun 2009. Sejak awal tahun 2010, KEMITRAAN mengambil alih tanggung jawab dan akuntabilitas penuh atas program-program dan perkembangannya.

1999-2000

Kemitraan bagi Pembaruan Tata Kelola Pemerintahan, atau KEMITRAAN, didirikan pada tahun 2000 setelah berlangsungnya pemilihan umum pertama di Indonesia yang bebas dan adil pada tahun 1999. Pemilu bersejarah ini merupakan langkah penting dalam upaya Indonesia keluar dari masa lalu yang otoriter menuju masa depan yang demokratis. KEMITRAAN didirikan dari dana perwalian multi-donor dan dikelola oleh United Nations Development Programme (UNDP) dengan mandat untuk memajukan reformasi tata kelola pemerintahan di Indonesia.

2020

Perjanjian ini ditandatangani antara Green Climate Fund (GCF) dan KEMITRAAN. Perjanjian ini meresmikan akuntabilitas KEMITRAAN dalam melaksanakan proyek-proyek yang disetujui oleh GCF.

Untuk diketahui, GCF adalah dana khusus terbesar di dunia yang membantu negara-negara berkembang untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan kemampuan mereka dalam merespons perubahan iklim.

Dana ini dihimpun oleh Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) pada tahun 2010. GCF memiliki peran penting dalam mewujudkan Perjanjian Paris, yakni mendukung tujuan untuk menjaga kenaikan suhu global rata-rata di bawah 2 derajat celsius.

1999-2000

Kemitraan bagi Pembaruan Tata Kelola Pemerintahan, atau KEMITRAAN, didirikan pada tahun 2000 setelah berlangsungnya pemilihan umum pertama di Indonesia yang bebas dan adil pada tahun 1999. Pemilu bersejarah ini merupakan langkah penting dalam upaya Indonesia keluar dari masa lalu yang otoriter menuju masa depan yang demokratis. KEMITRAAN didirikan dari dana perwalian multi-donor dan dikelola oleh United Nations Development Programme (UNDP) dengan mandat untuk memajukan reformasi tata kelola pemerintahan di Indonesia.