Penulis: Indra Dwi Purnomo
Editor: Rival Al Manaf
TRIBUNJATENG.COM, PEKALONGAN – Generasi muda merupakan ujung tombak dalam menghadapi perubahan iklim.
Sebab, masa depan pembangunan berketahanan iklim ada di tangan mereka. Nantinya, anak-anak muda pula yang menjadi penentu kebijakan pro iklim.
Oleh karena itu, Kemitraan Indonesia lewat dukungan Adaptation Fund, bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), serta Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengadakan Youth Camp 2024 di Bandungan, Kabupaten Semarang.
Sekretaris Daerah Kota Pekalongan, Nur Priyantomo yang mengucapkan terimakasih dan apresiasi kepada Kemitraan Indonesia, yang senantiasa melibatkan anak-anak muda untuk bersama-sama menyadari dampak perubahan iklim yang terjadi.
“Anak muda memiliki peluang, untuk meningkatkan kesadaran lingkungan. Beberapa hal yang dapat dilakukan melalui pendidikan lingkungan yang lebih menyeluruh, pemberian informasi yang lebih mudah diakses dan dipahami, serta pelibatan anak muda dalam kegiatan-kegiatan lingkungan yang menyenangkan.”
“Sebab, adaptasi perubahan iklim itu tanggung jawab semua pihak, termasuk anak muda, bukan hanya pemerintah saja,” kata Sekretaris Daerah Kota Pekalongan, Nur Priyantomo, saat rilis yang diterima tribunjateng.com, Minggu (11/8/2024).
Seperti diketahui, perubahan iklim masih menjadi isu yang belum membumi terutama di kalangan anak muda.
Padahal, dampak perubahan iklim sudah sangat terasa, terutama bagi penduduk di daerah Pantai Utara Jawa seperti Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kota Semarang, Kota Tegal, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Batang. Wilayah pesisir di enam daerah tersebut, sering terendam banjir rob lantaran naiknya permukaan air laut.
Sementara itu, Operasional Kemitraan Indonesia, Saiful Doeana mengatakan, kegiatan ini merupakan bagian dari pogram Adaptation Fund di Kota Pekalongan yang salah satu tujuannya melibatkan anak muda dalam upaya adaptasi perubahan iklim.
“Kegiatan ini kami lakukan, dengan memperluas jaringan peserta agar dapat menjadi wadah peningkatan kesadaran kaum muda- mudi terhadap penanganan perubahan iklim, khususnya terkait aksi adaptasi yang dapat dilakukan oleh kita semua,” kata Saiful.
Saiful menyebutkan, Youth Camp 2024 ini diikuti oleh 100 anak-anak muda dari enam daerah pesisir Pantai Utara Jawa yang terdampak perubahan iklim yakni Kota Pekalongan, Kabupaten Pekalongan, Kota Semarang, Kota Tegal, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Batang.
Dalam acara tersebut, mereka diajak untuk memahami perubahan iklim yang sedianya menjadi permasalahan mereka sehari-hari.
“Caranya, mereka diajak memahami lewat simulasi permainan, serta seni dan budaya. Dengan demikian, topik berat seperti perubahan iklim bisa dipahami dengan mudah dan menjadi obrolan sehari-hari mereka.”
“Sebab, sejatinya perubahan iklim juga berpengaruh pada kehidupan sehari-hari seperti terganggunya stok pangan akibat musim tanam yang kacau. Begitu pula banjir rob yang sangat mengganggu aktivitas sehari- hari, mereka seperti kuliah atau bekerja,” ucapnya.
Kepala Bidang Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Konservasi Sumber Daya Alam Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Soegiharto mengungkapkan, bahwa pengendalian perubahan iklim pada intinya bertujuan untuk mengurangi dampak ekologi.
Selain itu, hal ini juga menguatkan ketahanan ekonomi dan sosial masyarakat melalui penciptaan mata pencaharian alternatif. Dimana, kedua hal itu membutuhkan peran generasi muda.
“Kami berharap, peran serta generasi muda dalam pengendalian perubahan iklim diharapkan, dapat mendorong tumbuhnya pemikiran dan inovasi-inovasi baru untuk meningkatkan ketahanan masyarakat untuk menghadapi dampak perubahan iklim.”
“Generasi muda diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi masyarakat, dengan aktif dalam menciptakan inovasi seperti pengolahan plastik, penggunaan teknologi digital dalam early warning system kebencanaan dan informasi iklim, dan lain-lain,” ungkapnya. (Dro)
Sumber: Tribun