Ditulis oleh: Fransiskus Pati Herin, Kompas.id
![](https://kemitraan.or.id/wp-content/uploads/2024/09/image-43-1024x682.png)
Rendubutowe, nama sebuah kampung di Kecamatan Aesesa Selatan, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur, belakangan ramai dibicarakan. Itu lantaran perlawanan masyarakat adat setempat terhadap pembangunan Bendungan Mbay Lambo. Proyek bendungan terbesar di NTT dengan nilai Rp 1,4 triliun itu menggunakan lahan warga seluas 496,14 hektar. Tak hanya lahan kosong. Ada kebun, tanaman umur panjang, rumah, makam, dan tempat dilakukannya upacara adat secara turun-temurun.
![](https://kemitraan.or.id/wp-content/uploads/2024/09/image-42-1024x682.png)
Ubi hutan diambil dari kebun warga Kampung Rendubutowe.
![](https://kemitraan.or.id/wp-content/uploads/2024/09/image-44-1024x682.png)
Benih jagung digantung di dapur rumah.
![](https://kemitraan.or.id/wp-content/uploads/2024/09/image-45-1024x682.png)
Warga memikul babi dalam acara pernikahan adat di Kampung Rendubutowe.
Di bawah tekanan dan intimidasi, warga menyerahkan lahan mereka kepada pemerintah. Kini, hari-hari hidup mereka penuh dengan kecemasan dan ketidakpastian. Mereka telah kehilangan banyak hal. Banyak harapan yang disampaikan terkait ketidakadilan yang dialami masyarakat seperti tanah adat mereka yang dihargai sangat murah oleh pemerintah.
![](https://kemitraan.or.id/wp-content/uploads/2024/09/image-46-1024x682.png)
Seorang ibu mencuci pakaian di kali dalam wilayah Kampung Rendubutowe.
![](https://kemitraan.or.id/wp-content/uploads/2024/09/https___asset.kgnewsroom.com_photo_pre_2024_09_06_940f12df-3a14-48aa-b009-8df929a083b1_jpg-1-1024x682.jpg)
Forum adat perkawinan di Kampung Rendubutowe.
![](https://kemitraan.or.id/wp-content/uploads/2024/09/https___asset.kgnewsroom.com_photo_pre_2024_09_06_e03d3cc7-4a85-4dd2-a97a-6848cd1ea7ae_jpg-1024x682.jpg)
Pembangunan rumah di Kampung Rendubutowe.
![](https://kemitraan.or.id/wp-content/uploads/2024/09/https___asset.kgnewsroom.com_photo_pre_2024_09_06_fcd6bff8-c8fa-4b3e-8866-7ed2e81d5db9_jpg-1024x682.jpg)
Kegiatan tenun di Kampung Rendubutowe.
Di sana juga terekam banyak cerita inspiratif. Semangat gotong royong, para perempuan yang menenun demi menyambung hidup, juga kesakralan doa adat yang terus dirawat. Rendubutowe sangat berkesan.
![](https://kemitraan.or.id/wp-content/uploads/2024/09/https___asset.kgnewsroom.com_photo_pre_2024_09_06_3f54c2e7-6e85-41f3-8762-1266d3f710c9_jpg-1024x682.jpg)
Seorang tetua sedang merapal doa adat di Kampung Rendubutowe. Doa itu untuk mengantar penyembelian babi dan domba.
![](https://kemitraan.or.id/wp-content/uploads/2024/09/image-47-1024x682.png)
Kacang dan pisang dihidangkan dalam acara adat pernikahan di Kampung Rendubutowe. Dua kudapan itu selalu ada dalam setiap upacara adat.
![](https://kemitraan.or.id/wp-content/uploads/2024/09/image-48-1024x682.png)
Bocah sekolah dasar memikul kayu bakar di Kampung Rendubutowe.
Editor: Yuniadhi Agung
Sumber: Kompas.id
https://www.kompas.id/baca/foto/2024/09/06/masyarakat-adat-rendubutowe