Ketika hendak bertemu kepala Desa Bontosomba di Desa Pucak, Kabupaten Maros, fasilitator Sulawesi Community Foundation (SCF) beruntung bisa bertemu Ibu Rita Widiastuti, Kepala Puskesmas (Kapus) Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros. Dalam kesempatan tersebut, fasilitator diarahkan oleh tenaga kesehatan puskesmas untuk menemui Ibu Kapus di Aula Puskesmas yang ternyata berada di lantai dua.

Saat itu, masih jam sembilan pagi, di dalam ruang aula fasilitator melihat Ibu Kapus sibuk mengatur beberapa kursi biru yang sudah berjejer agar terlihat lebih rapi. Saat mengetuk pintu kayu aula, fasilitator langsung disambut hangat oleh ibu Kapus.

“Masukki, pak,” kata Ibu Kapus.

Meski mengucapkan kata-kata tersebut dari balik masker, fasilitator bisa merasakan keramahan dari Ibu Kapus. Sambil mengarahkan kursi, Ibu Kapus mempersilakan fasilitator untuk duduk di hadapannya. Fasilitator memperkenalkan diri, dan menyampaikan kepada Ibu Kapus tentang program Estungkara yang memiliki fokus pada akses untuk masyarakat adat Desa Bontosomba dan Bontomanurung, khususnya untuk layanan kesehatan.

Berdasarkan data baseline yang dilakukan program Estungkara, sebanyak 44.12% komunitas dampingan di program Estungkara masih agak sulit dan sulit dalam mengkases layanan kesehatan. Dan di wilayah SCF sendiri 4,82% warga masyarakat adat masih kesulitan mengakses layanan kesehatan. Hal ini dikarenakan akses yang jauh dan minimnya fasilitas kesehatan.

Salah seorang bapak dari Dusun Bara, Desa Bonto Somba sempat mengatakan bahwa ia harus membonceng istrinya dengan motor ke Puskesmas untuk periksa kandungan di usia kandungan 3 bulan dna 7 bulan. Dan ini  menjadi tantangan baginya karena ia harus sangat berhati-hati karena melintasi jalan yang terjal dan berbatu besar.

“Duh, kita itu sudah pernah sampai ke daerah Cindakko, tapi kita tahu sendirilah, bagaimana sulitnya menyampaikan informasi soal layanan kesehatan ke masyarakat,” kata Ibu Kapus.

“Apalagi kalau kita mau bilang ke mereka untuk suntik vaksin, imunisasi saja sulitnya bukan main. Biasanya anak-anak itu mauji diimunisasi, tapi orangtuanya yang biasa tidak mau. Begitu juga vaksin untuk lansia, lansianya sebenarnya mauji di vaksin tapi itu anak-anaknya lagi yang tidak mau,” lanjut Ibu Kapus menjelaskan.

Selain itu, dari diskusi ringan bersama Ibu Kapus, menyampaikan prioritas program layanan kesehatan dari Dinas Kesehatan untuk Desa Bontosomba dan Bontomanurung. Dari beberapa prioritas tersebut, sinergi terhadap program Estungkara dapat menyasar spesifik kepada pelayanan posyandu.

Ibu Kapus mengatakan, jika di Dusun Bara belum ada Posyandu. Namun, bukan berarti fasilitator yang harus membangun Posyandu, fasilitator hanya diharapkan untuk menemukan solusi kreatif dengan memberi ruang dan meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Bontosomba, Cindakko dan Bara tentang pentingnya nilai kesehatan dan keselamatan ibu dan anak.

Tulisan dari SCF