JAKARTA – KEMITRAAN bekerja sama dengan Kopel Jabodetabek, LPM Didaktika Universitas Negeri Jakarta (UNJ), dan IDEA menggelar diskusi public bertajuk Melawan Godaan Politik Uang: Strategi Anak Muda untuk Demokrasi yang Berkelanjutan. Acara berlangsung di Kampus UNJ, Rawamangun, Jakarta Timur pada Rabu (20/11/2024).
Diskusi tersebut bertujuan untuk membentengi anak muda dari politik uang bertepatan dengan Pilkada Serentak yang berlangsung pada 27 November. Lewat diskusi ini diharapkan anak muda terebentengi dari politik uang yang makin merajalela.
Acara dibuka oleh Direktur Eksekutif KEMITRAAN Laode M. Syarif. Dalam pidato pembukanya, Syarif mengatakan anak muda khususnya mahasiswa merupakan tulang punggung penjaga demokrasi Indonesia. Sudah banyak bukti yang menunjukkan peran sentral anak muda menjaga keberlangsungan demokrasi di Indonesia. Salah satunya saat menolak pengesahan Revisi Undang-undang Pilkada oleh DPR yang bertentangan dengan putusan Mahkamah Konstitusi (MK)
Syarif mengatakan batalnya DPR merevisi Undang-undang Pilkada merupakan buah dari demonstrasi mahasiswa yang massif terjadi di seluruh Indonesia. Karena itu anak muda harus terus bersuara menentang segala bentuk penghancuran demokrasi, termasuk menentang keras politik uang.
“Anak muda terbukti menjadi pelindung demokrasi Indonesia. Kalian harus terus bersuara. Jangan pernah berhenti,” ujar Syarif.
Hal senada disampaikan Dosen UNJ Ubedillah Badrun yang turut hadir dalam acara tersebut. Ubedillah mengatakan saat ini Indonesia membutuhkan peran anak muda dalam menjaga demokrasi, khususnya untuk melawan politik uang. Sebab saat ini politik uang merajalela dan merusak praktik demokrasi di Indonesia.
Ubedillah mengatakan akibat politik uang yang makin dianggap wajar, saat ini banyak politisi dan kepala daerah yang terpilih terseret kasus korupsi. Mereka mengkorupsi anggaran negara untuk mengganti biaya politik uang yang telah digelontorkan saat pemilihan.
“Sekarang bisa kita lihat hasilnya, banyak politisi yang terjerat kasus korupsi akibat politik uang. Ini sanagt merugikan kita sebagai masyarakat,” kata dia.
Setali tiga uang, Pemimpin Redaksi LPM Didaktika Zahra Pramuningtyas selaku pembicara dalam diskusi tersebut juga mengajak rekan-rekannya untuk menunjukkan kepedulian dalam memberantasa politik uang. Menurut Zahra, anak muda telah menjadi korban dari politik uang. Dengan terpilihnya politisi yang melanggengkan politik uang, nasib anak muda untuk menikmati Pendidikan yang terjangkau dan berkualitas bisa terancam karena anggarannya dikorupsi untuk mengembalikan modal politik.
“Kita selaku anak muda harus peduli. Jangan cuek. Karena mayoritas pemilih di Pilkada dan Pemilu 2024 adalah anak muda. Kita harus menjadi bagian yang dengan tegas melawan politik uang,” tutur Zahra.